ss_blog_claim=28005160a7cc961a749671ac2088cce2 ss_blog_claim=28005160a7cc961a749671ac2088cce2

Photobucket

Photobucket

Premium Blog Templates

Tren Buru Istri Kedua lewat Internet di Pedesaan Turki

Setidaknya sepuluh pernikahan yang dicomblangi secara virtual telah berlangsung di Gokce, desa di Turki Tenggara. Wanita Maroko lebih dipilih karena nrimo.

---

HASIP Yildirim benar-benar mengecap buah menjamurnya internet di wilayah desanya, Gokce, yang terletak di tenggara Turki selama dua tahun terakhir. Gara-gara tren itu, warnet milik Yildirim tak pernah sepi pengunjung.

Bahkan, warnet dengan 20 komputer yang dia kelola itu sering tidak mampu menampung pelanggan. Tidak jarang, para pelanggan yang mayoritas pria tersebut rela antre hanya agar bisa online. Peluang itulah yang ditangkap mantan sopir truk tersebut dengan menjadi makcomblang virtual. Yakni, dengan mendirikan situs chatting habibti.com.

Lewat situs itulah, para pria Turki berusaha menemukan pendamping hidup. Yang paling banyak adalah wanita dari Maroko. Sebab, akses dari Turki ke Maroko dan sebaliknya sangat gampang. Sama-sama tak membutuhkan visa.

"Semua orang datang ke warung internet (warnet) untuk mencari istri," kata Yildirim kepada The Christian Science Monitor. "Semua pria menginginkan mempelai asal Maroko sekarang."

Lewat kontak jodoh virtual itu, tidak kurang dari sepuluh mempelai perempuan didatangkan dari Maroko tahun lalu. Tahun ini, jumlahnya diprediksi meningkat. Hingga akhir tahun nanti, belasan mempelai perempuan Maroko dijadwalkan tiba di Turki.

Sayang, asmara dunia maya tersebut membawa dampak buruk bagi masyarakat Turki. Sebab, mayoritas mempelai perempuan dari Maroko itu datang ke negeri yang terletak di dunia benua tersebut untuk menjadi istri kedua. Akibatnya, tren poligami yang secara resmi dilarang sejak 1926 kembali marak.

Jika tanpa chatting pun poligami bisa tumbuh subur di Turki, lebih-lebih sekarang. Dalam waktu dekat, poligami tidak akan lagi menjadi isu dominan komunitas miskin yang tinggal di tenggara Turki.

Sebelum penggunaan internet merebak di wilayah pinggiran dan pedesaan Turki, para pria asal Gokce menjadikan Syria sebagai sasaran untuk mencari istri. Sebab, kala itu, Syria-lah negeri yang paling gampang dijangkau. Dari Gokce, Syria bisa ditembus hanya dengan melewati perbatasan.

Kehadiran internet membuat jarak tak lagi menjadi masalah. Maroko yang jaraknya berkisar 4.320 km dari Gokce pun ganti menjadi negara favorit untuk hunting istri kedua.

Simak saja pengalaman Halit Oncel. Petani sederhana itu adalah penduduk pertama Gokce yang mendapatkan istri kedua asal Maroko lewat chatting. "Mempelai dari Istanbul tidak akan tahan hidup di sini. Tapi, dia yang dari pinggiran Meknes (kota di kawasan utara Maroko) bisa," ujarnya.

Oncel menikahi Mona sekitar satu tahun lalu. Sebelumnya, mereka belum pernah bertemu dan hanya berkomunikasi lewat chatting. Tiga bulan pacaran online, Oncel yang pernah gagal bertandang ke Syria untuk mencari istri kedua melamar Mona. Gayung bersambut. Mona pun lantas terbang ke Turki atas biaya Oncel. "Saya adalah perintis dan saya bangga dengan itu. Sekarang semua orang mengikuti jejak saya," sumbarnya bangga. (hep/ttg)

Courtesy : Jawa Pos




0 comments: